Selasa, 30 Desember 2008

Israel Tabrak Kapal Pembawa Bantuan Medis


Angkut Obat 3,5 Ton Warga Gaza
Sumber : Jawa Pos Edisi 31 Desember 2008

GAZA CITY - Upaya Israel membuat bangsa Palestina menderita seperti tidak ada batasnya. Tak hanya mengguyur Gaza dengan bom dengan jet tempur tanpa henti selama empat hari, kapal-kapal Israel juga menyerang pihak mana saja yang mencoba memberikan bantuan kepada korban serangan yang sudah menewaskan 375 orang itu.


Kemarin (30/12) kapal patroli Israel menembaki dan menabrak kapal yang ditumpangi 16 aktivis kemanusiaan dari LSM Free Gaza Movement yang membawa bantuan medis. Kapal bernama The Dignity itu berusaha menerobos blokade penjagaan Israel di laut tengah untuk mengirimkan bantuan obat-obatan seberat tiga setengah ton.

Elize Ernshire, salah satu aktivis yang ikut dalam rombongan di kapal tersebut mengatakan, Israel memerintahkan kapal Dignity berputar haluan ke tempat asalnya dan memberikan tembakan peringatan. Padahal, saat itu Dignity masih berada di perairan internasional, sekitar 70 kilometer dari daratan Israel dan 115 kilometer lepas pantai Gaza. "Kapal kami ditembak dua kali dari arah depan dan samping," ujarnya.

Meski diserang, Dignity tetap bertahan di tempatnya. Tidak ada korban luka ataupun tewas dalam kejadian tersebut. Namun, baik kapal patroli Israel maupun The Dignity sama-sama mengalami kerusakan. "Tembakan itu menyebabkan bagian depan dan atap kapal rusak. Begitu pula sisi kiri kabin dan bagian kemudi. Kami diancam angkatan laut Israel. Jika kami meneruskan pelayaran ke Gaza, Israel akan menembak kami lagi," tutur Ershire.

Paul Larudee, salah satu pendiri Free Gaza Movement, menyebutkan, ada sekitar 11 kapal perang Israel yang mereka sebelum putar haluan ke Lebanon. "Kami dipaksa berhenti untuk diperiksa, tapi kami menolak perintah itu," ungkapnya. Saat itulah beberapa tembakan diarahkan ke perairan di sekeliling kapal. "Namun, kami tetap tak bergerak mundur, sampai sebuah kapal tempur menabrak bagian samping kapal. Untung, kami tidak tenggelam," ujarnya.

Karena kondisi kapal yang compang-camping, Dignity memutuskan berbalik arah ke Lebanon dan tidak ke Larnaca, Cyprus, tempat kapal itu memulai perjalanan. Ernshire menegaskan, serangan Israel tidak akan menghentikan upaya mereka membawa bantuan bagi warga Gaza.

"Mayoritas anggota rombongan memutuskan, begitu kita sampai di Lebanon, kami akan mengatur kembali pelayaran-pelayaran sejumlah kapal ke Gaza," ujarnya.

Upaya menerobos blokade Israel bukan kemarin saja dilakukan Free Gaza Movement. LSM yang berpusat di Siprus itu sudah enam kali mencoba menerobos ketatnya pengurungan pasukan Israel atas Gaza, baik lewat jalur laut, darat, maupun udara.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor membantah bahwa angkatan lautnya menembak kapal para aktivis pro-Gaza. Dia berdalih awak kapal Dignity gagal merespons kontak radio dengan kapal tempur Israel. "Setelah kapal itu tidak merespons panggilan radio, kami mencoba mendekat sehingga terjadilah tabrakan itu. Kerusakan yang timbul hanya kecil," kilahnya. Yigal Palmor menuding, para aktivis kemanusian internasional sengaja memprovokasi pasukan Israel untuk mendapat respons sehingga mendapat liputan media.

Presiden Lebanon Michel Sleiman dalam pernyataan resmi mengatakan, negaranya menyambut baik kedatangan kapal bala bantuan buat bangsa Palestina. "Mereka bisa mendarat di wilayah Lebanon mana saja, sampai tujuan mendarat di Palestina tercapai," ujarnya.

Sementara itu, situasi di Jalur Gaza makin kritis. Memasuki hari keempat kemarin, tentara Israel belum mengendurkan serangan udaranya. Dalam serangan sepanjang hari ini, 12 warga Gaza gugur, termasuk dua adik kakak berusia 11 dan 12 tahun.

Meskipun dunia internasional mengecam, Israel menolak menghentikan agresi dan menyatakan akan melakukan serangan habis-habisan dalam satu minggu ini. Di perbatasan, pasukan darat Israel siap siaga untuk sewaktu-waktu diperintahkan melakukan serangan darat.

Rumah-rumah sakit di Gaza dilaporkan mulai kekurangan persediaan obat-obatan dan peralatan medis lain untuk merawat sekitar 1.600 warga Gaza yang luka-luka akibat agresi biadab Israel.

Dari Jakarta, perhatian pemerintah terhadap tragedi kemanusiaan di jalur Gaza semakin konkret. Setelah Presiden SBY memastikan bantuan dana mencapai USD 1 juta Senin (29/12), Departemen Kesehatan kemarin (30/12) langsung menyiapkan tim untuk menyalurkan bantuan dana dan obat-obatan.

Kepala Pusat Komunikasi Departemen Kesehatan (Depkes) Lily S. Sulistyowati mengatakan, Depkes akan mengirimkan bantuan uang Rp 2 miliar dan dua ton obat-obatan. Menkes Siti Fadilah Supari juga berencana menyumbangkan tiga unit ambulans. Saat ini, Depkes tengah mengecek harga di Arab Saudi.

Selain mengirimkan obat-obatan, Indonesia melalui kedutaan besar di Mesir berencana mendirikan rumah sakit lapangan (RSL) di Rafah yang dekat dengan Jalur Gaza.(ap/Rtr/iw/tom/rdl/kim)

1 komentar:

Pensil mengatakan...

Sungguh tragis, hampir semua kita mengutuk keras sikap Israel dengan segala aksinya. Namun dengan sangat sadar, kita tahu bahwa mereka tidak akan pernah mendengar umpatan dan kutukan kita, sekeras apapun itu. Ibarat berteriak kepada orang tuli, sekeras apapun omongan kita tak akan terdengar. Tapi dalam hal ini, tentunya bukan Israel yang tuli, namun corong kita yang tidak kuat. Kita lemah.

Langkah revolusioner yang perlu ditempuh sekarang ini adalah: Mendesak para pemimpin negara-negara timur tengah untuk membuka Zona Militer TertutupZona Militer Tertutup
yang dilancarkan Israel di jalur GAZA. Mungkin bisa dikatakan ketegasan bukan hanya mengutuk semata. Bukankah kita memiliki OKI, kekuatan kedua selain PBB... Saat ini, berbagai bantuan medis dari belahan dunia mengalami blokade. Jendral Zionis memberi kekuasaan pada tentara untuk mengusir para wartawan dan suka relawan (tim medis & organisasi kemanusiaan). Lalu, apakah kita hanya diam dan bersuara saja...

Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali mereka mau berusaha untuk berubah... Kutukan dan kecaman hanyalah hembusan angin yang tak memiliki arah.