Selasa, 20 Januari 2009

Obama Impian Amerika, Bukan Kita

Co Pas from Jawa Pos Edisi 21 January 2009
KETIKA hari ini kita bangun pagi, dunia agak berubah. Barack Hussein Obama mulai menjabat presiden AS. Pelantikan Obama tadi malam (WIB) mengakhiri era delapan tahun George Walker Bush yang penuh kisah menjengkelkan.

(Pilpres AS antara Obama-Biden v McCain-Palin bersamaan dengan pilgub Jatim Karsa v Kaji, yakni 4 November lalu. Sementara putaran pertama pilgub Jatim pada 23 Juli. Ketika Obama-Biden dilantik, Karsa v Kaji masih bertarung di babak III di Madura. Jalan menuju Grahadi ternyata lebih panjang dibanding jalan ke Gedung Putih!).

Pelantikan Obama yang memakan dana USD 150 juta, setara Rp 1,7 triliun, memaksa orang menoleh. Menoleh lama sekali. Ketika negara itu, dan dunia, dilanda krisis yang terus merayap, Amerika tetap bisa berpesta pora. Pesta inaugurasi megah presiden ke-44 tersebut seakan mengisyaratkan pada dunia bahwa Amerika tetap adidaya dan digdaya.

Krisis boleh menumbangkan banyak perusahaan dan melahirkan jutaan pengangguran, tapi show must go on. Amerika seperti tak rela melewatkan momen resmi Obama ke tampuk kekuasaan itu berlalu tanpa mengundang decak kagum. Okelah. Pesta itu memang luar biasa. Dan, layak sebagai penanda zaman dan harapan baru dari Washington D.C.

Dunia tentu boleh berharap pada Obama. Banyak yang berandai-andai, agar pengaruh besar yang dimiliki Amerika Serikat akan digunakan lebih konstruktif di bawah presiden hitam pertama itu. Banyak pejabat kita yang juga ikut menitipkan harapan itu.

Harapan ini tak berlebihan karena pengaruh AS nyaris tak terhindarkan. Yang disebut pengaruh itu termasuk kegemaran AS ''mengurusi'' negara lain, tentu demi kepentingan AS sendiri. Banyak orang ingin, sembari mengurusi kepentingannya, AS juga tidak abai dengan kepentingan bangsa lain.

Tapi, bisa saja harapan dari berbagai sudut dunia itu akan menggantang asap. Setelah pesta besar di Capitol Hill itu, Obama akan dihadapkan pada dunia nyata yang pelik. Ketika Obama bangun di hari pertama setelah pelantikannya, begitu panjang agenda masalah di Amerika sendiri yang menunggu ditangani. Terutama masalah ekonomi, tentu. Krisis Amerika memang makin berat, karena tiap hari berita perusahaan-perusahaan tutup atau bangkrut belum berhenti. Sementara negara diharapkan akan menjadi penyelamat. Obama menjadi presiden ketika keampuhan kapitalisme sebagai pencipta kemakmuran sedang dalam ujian berat.

Nasib Obama ini seperti sudah ''dinujumkan'' oleh Hollywood. Para presiden imajiner berkulit hitam, selalu memerintah ketika krisis menghadang. Yang paling spektakuler adalah ketika Mogan Freeman yang berperan sebagai Presiden Tom Beck dalam film Deep Impact harus menghadapi komet nyasar yang akan menghantam bumi (Amerika).

Jadi, kalau banyak orang di dunia berharap Obama akan ''memuaskan'' mereka, siap-siaplah kecewa. Memang banyak masalah di dunia ini yang penting bagi kita, seperti masalah Israel dan Palestina. Tetapi, bagi Amerika, juga bagi Obama, yang terpenting adalah urusan Amerika sendiri.

Meski begitu, keberhasilan Obama meraih ''impian Amerika'' untuk menjadi presiden, tetap sangat layak jadi inspirasi. Dengan membangun sistem masyarakat yang demokratis, adil, tidak korup, serta tidak diskriminatif akan memungkinkan setiap anak negeri menggapai impiannya. Bakat-bakat besar anak bangsa pun tak akan tersia-siakan.

Setelah Obama dilantik, biarkan dia bekerja, mewujudkan perubahan yang dijanjikannya untuk Amerika. Meski kebijakannya sedikit banyak akan mempengaruhi kita, yang penting bagi kita adalah menyelesaikan urusan kita sendiri. Yes, we can. Bersama Obama, kita bisa...(dengan tetap kerja keras sendiri).(*)




Read More......

Minggu, 18 Januari 2009

JALAN JIHAD YANG PALING RINGAN







Read More......

Kamis, 15 Januari 2009

Penduduk Gaza Lebih Beruntung Dari Pada Pnghuni di Bumi manapun Saat ini

Serbuan Israel semakin membabi buta. Tanpa pandang sekolah, rumah sakit, masjid bahkan kuburanpun disikat. Seluruh penghuni bumi inipun semakin ramai mengecam. Dan hanya mengecam. No do more.

Tetapi tahukah bahwa sebenarnya warga Gaza lebih dan amat lebih beruntung daripada seluruh penduduk bumi di belahan manapun...saat ini ?
Bagaimana tidak iri, kita yang di sini di negeri gemah ripah lohjinawi ini tiap hari "tengklak-tengkluk", sehari nungging minimal 34 kali saja masih harus berjuang keras kelak untuk sampai ke taman Firdaus-Nya. Yang punya hak "prerogatif" tentang hidup sesudah mati belum tentu mengijinkan untuk sekedar mencium baunya saja. Belum lagi yang ( ini salah satu hadist yang "katanya" dhoif ) nanti dicuci dulu di tempat yang disebut Neraka. Baru setelah "clean" lempar ke tempatnya malaikat Ridwan menunaikan tugasnya.

Sementara saudara-saudara kita di Gaza yang telah dengan gagah berani menghadang sang maut, tersenyum puas melebihi senyumnya almarhum Trio Bom Bali. Mereka (syuhada Gaza) dengan kecepatan penuh, tanpa toleh kanan kiri lewat jalan bebas hambatan menyongsong yang dijanjikan-Nya merengkuh harum surga mendulang kenikmatan selamanya. Insyaallah Syahid. Plung...!! dah nyampe sorga. Mungkin di jalan sana mereka melezat menyalip si Trio Bom Bali yang sedang berjalan menunggu keputusan Sang Maha Adil.

Kita semua patut iri dengan kondisi ini. Allah Maha Adil Sungguh telah terbukti apa yang di janjikann-Nya. Kalau teringat salah satu taujih yang pernah saya ikuti (he..he...), bahwa inilah puncak dari pyramid jihad yang sebenarnya.
Tetapi ada hal yang sebenarnya masih dapat kita lakukan. Di sini, jauh dari Gaza, yang tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat lebih. Do'a dari kita amatlah dibutuhkan. Do'a dari saudara seiman mereka. Untuk memohonkan pada yang Maha Adil akan kekuatan dan ketabahan hati bagi mereka. Dan do'a agar para syuhada benar-benar memberikan pengorbanan yang tidak sia-sia.

Manakala ayat Allah menggema menjanjikan surga bagi pembela agama-Nya, semangat Jihad itu tak kan pernah luntur menjulang menembus Nirwana......we will not go down in Gaza tonight.
Read More......

Selasa, 06 Januari 2009

Krisis Sudah Masuk ke Ranah Tuhan

Pojok Dahlan Iskan
Sumber : Jawa Pos Edisi 6 January 2009

Krisis keuangan yang amat dahsyat ini akhirnya mampir juga ke ranah Tuhan. Yakni, ketika tersiar berita begitu banyak lembaga sosial dan keagamaan Yahudi yang menjadi korban investasi model Ponzi yang dilakukan Bernard Madoff (Bernie) itu.

Seperti diatur saja, praktis semua rumah ibadah Yahudi menjadikan kasus penipuan terbesar di dunia tersebut sebagai tema khotbah Hari Sabtu (yaumus Sabbath) mereka. Ini tidak lain karena yang dituduh sebagai penipu terbesar dalam sejarah umat manusia itu adalah tokoh Yahudi dan yang banyak tertipu juga umat Yahudi.

Begitu kerasnya kecaman yang disampaikan para khotib di mimbar Sabtuan itu, sampai-sampai ada pengkhotbah yang kali ini terpaksa meminta maaf kepada jemaatnya. Yakni, karena si pengkhotbah terpaksa harus mencela nama seseorang di mimbar yang suci itu.

''Selama ini kami tidak mau menjadikan soal bisnis dan politik menjadi tema khotbah,'' ujar seorang rabi konservatif di New York. ''Tapi, dalam kasus ini terlalu banyak korban, sehingga sulit untuk tidak dibicarakan,'' tambahnya.

Dana yang tersedot ke bisnis model piramida yang dilakukan Bernie tersebut memang mencapai USD 50 miliar atau sekitar Rp 600 triliun. Beberapa hari setelah Bernie ditangkap, ratusan orang Yahudi yang uangnya lenyap di situ mendatangi rumah Bernie yang seharga Rp 600 miliar itu di New York.

Bernie, 70 tahun, memang tokoh terkemuka Yahudi. Dia dikenal sangat dermawan dan juga memimpin berbagai lembaga sosial masyarakat Yahudi. Karena itu, kasus tersebut dianggap memalukan Yahudi. Baik Yahudi sebagai masyarakat maupun Yahudi sebagai agama.

''Inilah hillul hashim yang keterlaluan,'' ujar seorang pengkhotbah sebagaimana dikutip penerbitan Yahudi terkemuka di New York. Hillul hashim adalah istilah dalam agama Yahudi untuk menyebut perbuatan penistaan kepada Tuhan.

Istilah-istilah agama terpaksa begitu banyak dipakai kali ini untuk mengungkapkan kejengkelan kepada Bernie. ''Dia itu sudah seperti Esau,'' kata pengkhotbah yang lain. Orang yang bernama Esau, dalam kitab agama Yahudi, adalah lambang kebohongan nomor satu di jagat raya. Di antara semua ciptaan Tuhan (termasuk malaikat, manusia, binatang, pohon, dan batu), Esau-lah pembohong terbesar.

Kitab Yahudi menceritakan bahwa Esau adalah kakak Yakub. Mereka adalah anak Ishak, melalui istrinya Rebekah. Berarti, keduanya adalah cucu Abraham (Rasul Ibrahim). Esau dan Yakub sebenarnya anak kembar. Yakub lahir belakangan, tapi nyaris beriringan. Begitu dekatnya kelahiran Yakub dari kakaknya, sehingga dalam kelahiran itu digambarkan posisi Yakub masih memegangi tumit Esau, kakaknya itu.

Tapi, Tuhan tidak memilih anak sulung tersebut sebagai pewaris sang bapak dan sang kakek. Ishak-lah yang jadi rasul. Ishak itu pula yang dipercaya kemudian menurunkan umat Yahudi sekarang ini. Golongan masyarakat Yahudi yang baik kemudian disebut golongan Yakob (berarti Israel). Sedangkan golongan yang ''rusak'' disebut golongan Esau.

Digambarkan, bayi Yakub memang berkembang menjadi anak baik, penurut, suka belajar, banyak tinggal di rumah, dan seterusnya. Pokoknya, Yakub kemudian menjadi lambang kesempurnaan dari seorang anak yang saleh. Sedangkan Esau digambarkan tumbuh menjadi ''anak liar'' yang nakal. Kesukaannya begadang, berkelahi, memeras, menipu, mencuri, dan seterusnya.

Dalam masyarakat Yahudi, semua anak baik digambarkan sebagai Yakub, sedangkan anak nakal seperti Bernard Madoff dicaci seperti Esau. Karena itu, dalam masyarakat Yahudi, banyak orang tua yang memberi nama anaknya dengan Yakub, tapi tidak satu pun yang memberi nama Esau.

Tampaknya, di semua agama, ada kisah seperti ini. Bahkan, agama Jawa juga punya cerita Pandawa dan Kurawa. Begitu banyaknya orang yang mencela dan memojokkan Kurawa, sampai-sampai saya justru bersimpati pada tokoh seperti Dursasana, salah satu di antara 100 Kurawa bersaudara.

Saya kadang merenung bahwa kejahatan Kurawa itu pun sebenarnya juga kehendak Tuhan: mengapa Tuhan menakdirkan Dewi Gendari melahirkan anak sampai 100 orang? Bagaimana seorang ibu bisa mengasuh dan membesarkan anak sebanyak itu untuk bisa jadi anak saleh semua?

Banyaknya anak itu juga yang kemudian menimbulkan problem agraria. Soal warisan tanah Kurusetra itu, misalnya. Tanah tersebut mestinya dibagi dua untuk Pandawa yang hanya lima bersaudara dan untuk Kurawa yang 100 bersaudara. Siapa pun, kalau dalam posisi menjadi Kurawa, pasti unjuk rasa: kalau tanah Kurusetra itu dibagi dua, bukankah akan melahirkan kesenjangan kaya-miskin: yang separo hanya dibagi untuk lima orang Pandawa, sedangkan yang separo lagi harus dibagi untuk 100 orang Kurawa.

Ishak yang hanya punya dua anak, yang satu jadi Esau. Bagaimana Dewi Gendari bisa mengasuh, mendidik, dan membuat 100 anaknya menjadi Yakub semua? Jangankan mendidik, memandikan dan mencuci bajunya saja sudah pasti sulit. Bukankah waktu itu belum ada mesin cuci dan PlayStation? Mengapa Tuhan memberinya 100 anak? Bahwa kemudian banyak di antara anak itu yang jadi Esau, siapa yang salah?

Ternyata, dalam kasus Yakub-Esau ini pun banyak yang bersimpati pada Esau. Mungkin juga karena terlalu banyak kisah kesalehan Yakub yang sekaligus dalam satu napas dengan kenakalan Esau. Ada satu kisah bahwa Esau, sebagai anak sulung, sebenarnya bisa saja mengambil semua warisan ayahnya.

Namun, Esau begitu baiknya, sehingga mau mengalah kepada adiknya. Tapi, ada saja cerita sebaliknya: Esau itu sebenarnya bukan mengalah. Dia menjual hak-haknya sebagai sulung untuk menipu adiknya.

Begitu jeleknya Esau ini sampai-sampai digambarkan, kalau Anda baru saja dicium Esau, segeralah periksa apakah ada gigimu yang dicurinya. Dan Bernie, meski pernah memberikan laba triliunan rupiah kepada para nasabahnya, jasa itu tidak akan dikenang sebagai Yakub. Tetap saja Bernie itu Esau. Bahkan Esau terbesar pada abad modern.

''Bernie itu melakukan dua kejahatan sekaligus: mencuri dan menipu,'' bunyi salah satu khotbah Sabtu itu. ''Tempat yang paling cocok untuk orang yang mencuri harta kaum Yahudi adalah di neraka yang sangat khusus,'' tambahnya.

Betapa berat dosa Bernie digambarkan dalam cerita itu sebagai berikut: Orang Yahudi itu paling pintar dalam berhitung dan paling teliti dalam memeriksa angka-angka. Karena itu, tidak mungkin bisa ditipu. Itu baru orang Yahudi biasa. Orang Yahudi yang sudah jadi pedagang lebih hebat lagi: sudah mampu menggabungkan kehebatan berhitung dan ketelitian memeriksa. Kehebatan tersebut akan meningkat lagi kalau seorang pedagang Yahudi sudah bisa jadi bankir, pengusaha bank.

Dan seorang Bernie ternyata mampu menipu orang Yahudi yang sudah jadi bankir sekalipun! Maka, kalau orang Yahudi memberi gelar dia Esau, rupanya kejengkelan mereka memang sudah tidak tertahankan lagi. Bankir Yahudi pun bisa dia tipu!

Di antara kelompok Yahudi yang paling marah kepada Bernie adalah organisasi wanita Yahudi bernama Hadassah. Organisasi tersebut kehilangan dana Rp 1 triliun (USD 90 juta). Hadassah adalah organisasi ibu-ibu Yahudi di Amerika yang paling besar. Juga paling terkenal akan proyek-proyek sosialnya.

Hadassah-lah yang membiayai anak-anak Yahudi yang ditinggal mati orang tua mereka dalam kasus pembunuhan masal di Eropa. Hadassah pula yang mendirikan sekolah Youth Aliyah untuk anak-anak orang Yahudi di Israel. Proyek sosialnya di Israel luar biasa banyaknya. Termasuk mendirikan sekolah perawat, kedokteran, dan rumah sakit.

Kini, dana itu hilang.

Sedangkan di antara rabi (kiai) Yahudi yang paling marah adalah David J. Wolpe. Ini berarti sudah mentok: Rabi Wolpe adalah rabi nomor satu di antara rabi-rabi ''langitan'' di Amerika Serikat. ''Padahal, saya ini tidak kenal Bernie,'' katanya dalam satu khotbah sebagaimana disiarkan penerbitan Yahudi di AS itu. Sampai-sampai dikira dia itu ikut jadi salah satu korban Bernie. ''Saya ini justru belum pernah dengar namanya sampai dengan semua orang menyebut-nyebut nama itu sekarang ini,'' tegasnya.

Rabi Wolpe tergolong kiai mbeling. Pimpinan Kuil Sinai di Los Angeles tersebut membuat heboh beberapa tahun lalu, terutama ketika mengungkapkan bahwa kisah pengungsian orang Yahudi dari Mesir yang menyeberangi Laut Merah itu sebenarnya tidak ada. ''Tidak ditemukan bukti ilmiah sama sekali,'' ungkapnya.

Rabi Wolpe itulah yang dalam khotbahnya sampai mengingatkan agar semua pengusaha Yahudi tahu bahwa sebelum menghadap Tuhan kelak, akan ada beberapa pertanyaan Tuhan yang harus dijawab sebelum bisa masuk surga. Pertanyaan pertama, kata Wolpe, adalah: apakah praktik dagang yang kamu lakukan sudah baik? (*)



Read More......

Pojok Dahlan Iskan

Seberapa Luaskah Wilayah Gaza Itu?
Sumber : Jawa Pos Edisi 7 Januari 2009

Tidak lebih dari 500 kilometer persegi. Lebarnya hanya sekitar 10 kilometer dan panjangnya 50 kilometer.

Kalau di Jatim, kira-kira hanya sama dengan dari Bangil ke Probolinggo. Lebarnya hanya sama dengan Probolinggo-Leces dan Bangil-Beji. Atau sama dengan dari Tanjung Kodok ke Tuban.

Wilayah itu berbukit, tapi tidak bergunung. Dataran paling tinggi hanya 150 meter. Meski punya pesisir sepanjang 45 kilometer, seluruh akses ke Laut Tengah itu dikuasai Israel. Bandaranya juga dikuasai Israel. Satu-satunya batas yang bukan Israel adalah bagian selatannya sepanjang 12 kilometer: berbatasan dengan Mesir.

Meski Gaza ini bagian dari wilayah negara Palestina, kalau mau ke ibu kota harus melalui daratan Israel sejauh kira-kira 40 kilometer. Ini berarti orang Palestina di wilayah Gaza kalau mau ke wilayah Palestina yang lain di Tepi Barat harus mengantongi paspor dan harus mendapat izin Israel. Luas wilayah Palestina yang di timur (disebut Tepi Barat, karena letaknya di tepi barat Sungai Jordan) itu sekitar lima kali lebih besar dari Gaza. Di wilayah Tepi Barat ini penduduknya sekitar 2,5 juta orang. Dengan demikian, kalau Gaza dan Tepi Barat dijumlah, penduduk Palestina 4 juta orang (wilayah Gaza berpenduduk 1,5 juta).

Israel memang berjanji menyerahkan wilayah Palestina kepada orang Palestina secara bertahap. Mula-mula hanya Jericho, satu kota sebesar Kecamatan Tulangan (Sidoarjo, Jatim) di timur Jerusalem. Lalu sebagian lagi wilayah di utara Jerusalem. Lalu bagian lain Tepi Barat. Tiga tahun lalu barulah wilayah Gaza yang diserahkan. Masih banyak lagi yang mestinya diserahkan, tapi diragukan apakah Israel masih mau menyerahkan sisanya. Termasuk Dataran Tinggi Golan yang harus dikembalikan ke Syiria.

Sejak diserahkan ke Palestina tiga tahun lalu, status Gaza tidak jelas. Bukan provinsi, bukan juga negara bagian. Bahkan, antara Gaza dan Tepi Barat hampir tidak ada hubungan sama sekali. Baik hubungan transportasi maupun hubungan politik. Gaza seperti tidak ada hubungan apa-apa dengan pemerintah pusat di wilayah Tepi Barat.

Di wilayah Gaza hampir 100 persen penduduknya pengikut Hamas. Yakni, aliran yang tidak mau menggunakan jalan diplomasi dalam merebut semua wilayah Palestina. Hamas tidak percaya Israel mau secara suka rela mengembalikan wilayah Palestina, termasuk Jerusalem. Hamas pernah minta agar seluruh wilayah Palestina dan Israel itu jadi satu negara saja: Negara Palestina. Bahwa sebagian besar penduduk negara "baru" itu beragama Yahudi, tidak apa-apa. Demokrasi yang akan mengatasi hubungan mayoritas-minoritas itu (Yahudi 7 juta, Palestina 4 juta). Israel menolak, karena khawatir lama-lama penduduk Arab (Palestina) akan mayoritas.

Kalau di Gaza penduduknya adalah pengikut Hamas, di Palestina wilayah timur (Tepi Barat) penduduknya mayoritas pengikut kelompok Fatah. Yakni, kelompok yang juga berjuang mengembalikan seluruh wilayah Palestina, tapi melalui jalan perundingan. Dua kelompok ini sering terlibat dalam perang bersenjata secara terbuka dan menelan banyak korban. Dengan demikian, meski Negara Palestina itu satu, pemerintahannya sebenarnya ada dua. Pemerintahan di Tepi Barat dipegang Fatah dan pemerintahan di Gaza dipegang Hamas.

Israel memang kelihatan tidak mau kehilangan kontrol. Wilayah timur (Tepi Barat) itu diserahkan ke Palestina tidak secara utuh. Wilayah Jericho, ibarat satu pulau kecil di tengah-tengah Israel. Wilayah utara juga seperti pulau besar di tengah-tengah Israel. Wilayah selatan juga berada di tengah-tengah wilayah Israel. Wilayah utara yang agak luas pun, bentuknya lucu karena banyak wilayah Israel yang menjorok ke wilayah Palestina di sana-sini.

Jadi, Palestina yang sekarang sebenarnya bukan terbagi dua wilayah (Gaza dan Tepi Barat), tapi terbagi empat atau lima wilayah yang tersebar di tengah-tengah negara Yahudi. (dis)



Read More......

Berapa yang Telah Kita Gadaikan untuk "Dia" ?

Seperti biasa Andrew, Manager di sebuah perusahaan Benih terkemuka di Indonesia, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam.

Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.

Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya.

Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-.

Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"

Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak.

Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali bertanya,

"Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ?Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

"Tapi Papa..."

Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata,

"Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.

Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku,

hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-.

Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.


Read More......

Senin, 05 Januari 2009

Perlindungan tanaman dengan pestisida alami

Acara : Mitra Tani;
Nara sumber : Ir. Triyono

Perlindungan tanaman dengan menggunakan pestisida alami mempunyai banyak manfaat bila dibandingkan dengan pestisida kimiawi. Seringkali pengendalian hama/penyakit dengan menggunakan pestisida kimiawi justru malah berdampak buruk bagi tanaman maupun manusia. Oleh karena itulah, pemanfaatan pestisida alami untuk mengendalikan hama/penyakit tanaman dirasa aman untuk digunakan. Beberapa bahan tertentu bisa digunakan untuk memberantas beberapa jenis dari hama/penyakit tanaman.

Adapun bahan maupun jenis hama/penyakit dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini :

1. Hama penggerek batang padi
Bahan : Daun tembakau, biji nimba dan urin sapi
Cara membuatnya :
Daun tembakau dan biji nimba (yang sudah dibuang kulitnya) ditumbuk hingga halus, lalu direndam ke dalam urin sapi selama 2 minggu. Setelah itu diambil ekstraknya, kemudian diperas, lalu ambil sari/ekstraknya dan buang ampasnya.
Perbandingan antara ekstraks yang sudah jadi dengan air adalah 1 : 8. Agar lebih efektif, penyemprotan dilakukan sebelum tanaman padi berumur 1 bulan atau sebelum padi bunting dimana waktunya antara umur 20-30 hari.

2. Hama tikus
Ada banyak cara untukmengendalikan hama tikus, diantaranya adalah :
-pepaya yang masih muda dipotong kecil-kecil, kemudian ditaburkan pada sawah yang ditanami padi.
-Cabai rawit sebanyak 4 kg dihaluskan kemudian dicampur dengan 60 liter air, lalu ambil ekstraknya. Bisa dimanfaatkan pada sawah yang luasnya 4000 meter persegi.
-Gamal/Kliriside ditumbuk sampai halus, kemudian dicampur dengan gandum/padi/ jagung/bahan-bahan yang disenangi tikus) lalu ditaburkan pada lahan sawah. Bisa juga digunakan dengan cara yang lain dimana kulit batang gamal/kliriside dipotong halus lalu direbus dalam air kemudian ditaburkan pada lahan sawah.
-Semen dicampur dengan jagung/gandum kemudian letakkan di dekat lubang tikus. Campuran semen ini nantinya akan bercampur dengan cairan dalam pencernaan tikus sehingga nantinya akan mengeras dan tikus akan mati setelahnya.
-Campuran kacang tanah dan wijen sebanyak 90 %, gula pasir 5 % dan tepung halus kaca 5 %. Campuran tepung halus kaca ini nantinya akan mengeras dan tikus akan mati setelahnya.

Cara-cara diatas memang hanyalah salah satu upaya untuk memberantas serangan tikus yang banyak mendera para petani. Umumnya tikus tidak hanya menyerang salah satu lahan milik petani saja, melainkan serangan ini bisa saja menyerang lahan petani lain yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya upaya petani untuk memberantas serangan tikus secara bersama-sama (gropyokan) melalui gapoktan (gabungan kelompok tani). Cara ini dirasa lebih efektif untuk memberantas serangan tikus.

Sumber : MTA Surakarta
Read More......

Minggu, 04 Januari 2009

Dari Fina (www.fina-ismisholeha.blogspot.com)

Sungguh tragis, hampir semua kita mengutuk keras sikap Israel dengan segala aksinya. Namun dengan sangat sadar, kita tahu bahwa mereka tidak akan pernah mendengar umpatan dan kutukan kita, sekeras apapun itu. Ibarat berteriak kepada orang tuli, sekeras apapun omongan kita tak akan terdengar. Tapi dalam hal ini, tentunya bukan Israel yang tuli, namun corong kita yang tidak kuat. Kita lemah.

Langkah revolusioner yang perlu ditempuh sekarang ini adalah: Mendesak para pemimpin negara-negara timur tengah untuk membuka Zona Militer TertutupZona Militer Tertutup
yang dilancarkan Israel di jalur GAZA. Mungkin bisa dikatakan ketegasan bukan hanya mengutuk semata. Bukankah kita memiliki OKI, kekuatan kedua selain PBB... Saat ini, berbagai bantuan medis dari belahan dunia mengalami blokade. Jendral Zionis memberi kekuasaan pada tentara untuk mengusir para wartawan dan suka relawan (tim medis & organisasi kemanusiaan). Lalu, apakah kita hanya diam dan bersuara saja...

Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali mereka mau berusaha untuk berubah... Kutukan dan kecaman hanyalah hembusan angin yang tak memiliki arah.

2009 Januari 3 19:39


Read More......

Kamis, 01 Januari 2009

Pojok Dahlan Iskan

Co-Pas from Jawa Pos Edisi 1 Januari 2009
Kisah Man of The Year yang Sebenarnya (2-Habis)
Tsunami Akhir Tahun dari Gedung Lipstik

Tahun baru ini babak baru pula bagi Bernard Lawrence "Bernie" Madoff. Konglomerat yang dituduh sebagai "penipu perorangan terbesar dalam sejarah manusia" itu segera diadili. Di sinilah akan terbuka lebih lebar apa yang sebenarnya terjadi dengan model bisnis Ponzi-nya itu.

Juga seberapa besar kelas penipuan yang dituduhkan kepadanya, yang sampai USD 50 miliar atau sekitar Rp 600 triliun itu. Termasuk kita akan tahu berapa skala Richter gempa bumi yang dia buat itu. Bagaimana tokoh-tokoh terkemuka Yahudi sekelas Carl J. Shapiro, konglomerat Hollywood Jeffrey Katzenberg, sutradara terbaik dunia Steven Spielberg, gubernur New York (saat itu) Eliot Spitzer, dan ribuan tokoh lain bisa teperdaya. Juga bagaimana sebenarnya kerja akuntan yang memeriksa perusahaan Bernie itu.

Orang juga segera tahu, mengapa broker kelas dunia seperti Thierry de la Villehuchet sampai bunuh diri. Seberapa besar sebenarnya dana yang lenyap di tangan Bernie sehingga dia tidak bisa menanggung beban batinnya. Maklum, dana itu milik orang-orang superkaya di Prancis yang dipercayakan kepadanya. Salah satunya dana milik Liliane Bettencourt, seorang wanita berumur 86 tahun yang juga dikenal sebagai orang terkaya nomor 17 di dunia. Liliane juga dikenal sebagai anak pendiri dan pemilik industri kosmetik L'Oreal.

Demikian juga bagaimana sebenarnya peran akuntan. Akuntan memang akan menjadi tokoh sentral di persidangan minggu depan. Menurut laporan polisi, perusahaan Bernie selalu diaudit oleh Friehling@Horowitz. Di bawah laporan keuangan itu, sebagaimana waktu tutup buku 31 Oktober 2006, ada nama dan tanda tangan David Friehler. Tapi, tidak bisa terungkap lebih jauh karena Friehler tutup mulut rapat-rapat kepada pers.

Kemutlakan sistem kapitalisme kembali dapat pelajaran. Lima tahun lalu, Amerika Serikat baru saja belajar bagaimana mengawasi akuntan. Yakni setelah terbongkar mega-skandal secara beruntun: Enron dan Worldcom. Sejak 2003 itu salah satu praktik prinsip kapitalisme "bisnis mengawasi dirinya sendiri", harus dikoreksi. Sejak saat itu kantor akuntan harus menjalani pemeriksaan otoritas moneter. Yakni, melihat apakah kantor akuntan itu masih menjalankan praktik akuntansi yang baik atau tidak. Sebelumnya, pemeriksaan itu juga ada, tapi oleh diri sendiri. Lalu terbongkar mega-skandal keuangan Enron dan Worldcom: akuntan ternyata justru jadi bagian dari skandal itu.

Mengapa masih juga bobol dalam kasus Bernie?

Ceritanya lain lagi. Peraturan di atas hanya untuk akuntan publik. Padahal, di AS, sebagaimana juga di banyak negara, termasuk Indonesia, banyak juga akuntan nonpublik. Untuk jenis ini, pemeriksaan (peer review) masih tetap dilakukan hanya oleh organisasi profesi mereka.

Lalu, apa kata organisasi akuntan nonpublik itu terhadap Friehling? Ternyata sangat mengejutkan. Sudah 15 tahun lamanya Friehling@Horowitz tidak mengikuti peer review. Dan, yang berlaku seperti Friehling ini ternyata banyak. Dari 350.000 anggotanya, hanya 33.000 yang masih mengikuti peer review. Jadi? Ya yalah. Terjadilah semua itu.

Negara bagian New York, salah satu dari enam negara bagian yang memang tidak memiliki aturan untuk akuntan nonpublik itu, ikut kelabakan. Pemerintah New York buru-buru merencanakan untuk segera membuat peraturan di bidang itu. Maka, di masa depan, kasus Enron, Worldcom, dan Bernie tidak akan terulang -hopefully.

Sebagai perusahaan yang sangat efisien (baca: kikir), tentu Bernie tidak perlu merekrut akuntan terkenal. Nama Friehling@Horowitz bukan nama besar. Kantornya pun di sebuah ruang 5 x 6 meter di pinggiran New York. Menurut para tetangganya, sebagaimana dilaporkan media setempat, dia bekerja sendirian. Setiap datang ke kantor selalu naik mobil Lexus RX. Namun, rata-rata hanya 10 sampai 15 menit dia berada di kantor. Lalu pergi lagi. Yang membuat namanya agak dikenal justru karena dia aktif sebagai pengurus persatuan masyarakat Yahudi di Kabupaten Rockland, tempat tinggalnya.

Jarak kantornya dengan kantor Bernie sekitar 50 kilometer. Sebab, kantor Bernie berada di Manhattan, pusat kota New York. Tapi, kantor ini juga sangat efisien, terutama kalau dilihat dari skala usahanya yang mencapai Rp 600 triliun. Karyawan dan staf yang bekerja di kantor itu hanya 24 orang. Padahal, perusahaan ini menempati satu lantai, di lantai 17 dari sebuah gedung yang megah.

Gedung itu sendiri kini amat terkenal. Semua media menampilkannya. Jadilah gedung ini sama terkenalnya dengan Bernie. Maka kalau Anda di New York dan bertanya di mana kantor Bernie, semua orang tahu: di Gedung Lipstik.

Gedung Lipstik ini letaknya di Third Avenue, persis di seberang gedung pusat Citigroup. Bangunannya relatif baru untuk kota lama seperti New York (dibangun pada 1986) dan karena itu masih kelihatan kinclong. Lobinya setingi sembilan meter, sehingga meski hanya 34 lantai, tinggi keseluruhan gedung sampai 134 meter. Eksteriornya berupa kaca dan alukubon yang kalau terkena cahaya menjadi sangat cemerlang. Di siang hari, bayangan gedung-gedung tinggi di sekitarnya terpantul di dindingnya. Bentuk gedung ini memang menyerupai tabung lipstik dan penanda antarlantainya dipilihkan warna merah -merahnya lipstik.

Tentu Bernie hanya menyewa di gedung ini. Pemiliknya sendiri baru saja berpindah tangan. Tahun lalu, dua perusahaan dari Israel, Tao Tsuot dan Financial Levers, secara bersama-sama membeli Gedung Lipstik seharga USD 650 juta atau sekitar Rp 7,4 triliun: 8 persen dibayar tunai, sisanya dari pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

Kini lantai 17 gedung itu lebih sepi lagi. Kecuali di luarnya, tempat banyak wartawan sering bergerombol di situ. Tapi, tanda-tanda bahwa perusahaan di lantai 17 itu sudah kekurangan darah terlihat sejak 2005. Yakni, sejak pasar uang mulai ketat. Sejak itu sebenarnya Bernie sudah harus diinfus lebih sering. Lalu kian berat di tahun-tahun berikutnya. Bangkrutnya Lehman Brothers dan Bear Stern September lalu membuat Bernie seperti orang yang berdiri di bibir jurang. Dalam posisi gawat seperti itu seseorang datang dan membentaknya dari belakang: Bernie pun jatuh ke jurang.

Orang itu sebenarnya tidak membentak. Dia hanya berteriak karena panik. Uang orang itu habis baru saja ditelan krisis. Dia panik. Dia ingin cepat-cepat mencairkan uangnya yang masih tersisa. Yakni, yang ada di Bernie. Jumlahnya USD 7 miliar atau sekitar Rp 90 triliun. Dari sinilah ketahuan: uang itu sudah tidak ada juga. Maka skandal ini terbongkar. Dunia kaget. Tsunami akibat krisis belum hilang, sudah terjadi gempa susulan. Bernie angkat tangan.

Tsunami seperti harus terjadi di akhir tahun. Tsunami terbesar di Italia pada 1908 terjadi 28 Desember persis 100 tahun lalu. Tsunami Aceh terjadi di sekitar tanggal itu. Dan tsunami New York juga tak jauh-jauh amat.

Tsunami Bernie ini juga menimpa orang-orang miskin. Di puncak musim dingin seperti ini, orang-orang superkaya Yahudi biasa berkumpul di lapangan golf Palm Beach Miami. Yakni, lapangan golf berikut pervilaan eksklusif untuk orang-orang terbatas. Mereka berlibur di situ, main golf di situ, dan mengumpulkan dana sosial di situ.

Karena itu, yayasan-yayasan masyarakat Yahudi biasa mengartikan akhir tahun juga sebagai datangnya panen raya. Kali ini rezeki nomplok itu tidak ada lagi. Bahkan, banyak yayasan sosial yang harus mengumumkan menghentikan pengabdian mereka. (*)



Read More......