Selasa, 20 Januari 2009

Obama Impian Amerika, Bukan Kita

Co Pas from Jawa Pos Edisi 21 January 2009
KETIKA hari ini kita bangun pagi, dunia agak berubah. Barack Hussein Obama mulai menjabat presiden AS. Pelantikan Obama tadi malam (WIB) mengakhiri era delapan tahun George Walker Bush yang penuh kisah menjengkelkan.

(Pilpres AS antara Obama-Biden v McCain-Palin bersamaan dengan pilgub Jatim Karsa v Kaji, yakni 4 November lalu. Sementara putaran pertama pilgub Jatim pada 23 Juli. Ketika Obama-Biden dilantik, Karsa v Kaji masih bertarung di babak III di Madura. Jalan menuju Grahadi ternyata lebih panjang dibanding jalan ke Gedung Putih!).

Pelantikan Obama yang memakan dana USD 150 juta, setara Rp 1,7 triliun, memaksa orang menoleh. Menoleh lama sekali. Ketika negara itu, dan dunia, dilanda krisis yang terus merayap, Amerika tetap bisa berpesta pora. Pesta inaugurasi megah presiden ke-44 tersebut seakan mengisyaratkan pada dunia bahwa Amerika tetap adidaya dan digdaya.

Krisis boleh menumbangkan banyak perusahaan dan melahirkan jutaan pengangguran, tapi show must go on. Amerika seperti tak rela melewatkan momen resmi Obama ke tampuk kekuasaan itu berlalu tanpa mengundang decak kagum. Okelah. Pesta itu memang luar biasa. Dan, layak sebagai penanda zaman dan harapan baru dari Washington D.C.

Dunia tentu boleh berharap pada Obama. Banyak yang berandai-andai, agar pengaruh besar yang dimiliki Amerika Serikat akan digunakan lebih konstruktif di bawah presiden hitam pertama itu. Banyak pejabat kita yang juga ikut menitipkan harapan itu.

Harapan ini tak berlebihan karena pengaruh AS nyaris tak terhindarkan. Yang disebut pengaruh itu termasuk kegemaran AS ''mengurusi'' negara lain, tentu demi kepentingan AS sendiri. Banyak orang ingin, sembari mengurusi kepentingannya, AS juga tidak abai dengan kepentingan bangsa lain.

Tapi, bisa saja harapan dari berbagai sudut dunia itu akan menggantang asap. Setelah pesta besar di Capitol Hill itu, Obama akan dihadapkan pada dunia nyata yang pelik. Ketika Obama bangun di hari pertama setelah pelantikannya, begitu panjang agenda masalah di Amerika sendiri yang menunggu ditangani. Terutama masalah ekonomi, tentu. Krisis Amerika memang makin berat, karena tiap hari berita perusahaan-perusahaan tutup atau bangkrut belum berhenti. Sementara negara diharapkan akan menjadi penyelamat. Obama menjadi presiden ketika keampuhan kapitalisme sebagai pencipta kemakmuran sedang dalam ujian berat.

Nasib Obama ini seperti sudah ''dinujumkan'' oleh Hollywood. Para presiden imajiner berkulit hitam, selalu memerintah ketika krisis menghadang. Yang paling spektakuler adalah ketika Mogan Freeman yang berperan sebagai Presiden Tom Beck dalam film Deep Impact harus menghadapi komet nyasar yang akan menghantam bumi (Amerika).

Jadi, kalau banyak orang di dunia berharap Obama akan ''memuaskan'' mereka, siap-siaplah kecewa. Memang banyak masalah di dunia ini yang penting bagi kita, seperti masalah Israel dan Palestina. Tetapi, bagi Amerika, juga bagi Obama, yang terpenting adalah urusan Amerika sendiri.

Meski begitu, keberhasilan Obama meraih ''impian Amerika'' untuk menjadi presiden, tetap sangat layak jadi inspirasi. Dengan membangun sistem masyarakat yang demokratis, adil, tidak korup, serta tidak diskriminatif akan memungkinkan setiap anak negeri menggapai impiannya. Bakat-bakat besar anak bangsa pun tak akan tersia-siakan.

Setelah Obama dilantik, biarkan dia bekerja, mewujudkan perubahan yang dijanjikannya untuk Amerika. Meski kebijakannya sedikit banyak akan mempengaruhi kita, yang penting bagi kita adalah menyelesaikan urusan kita sendiri. Yes, we can. Bersama Obama, kita bisa...(dengan tetap kerja keras sendiri).(*)




Tidak ada komentar: