Selasa, 10 Februari 2009

Mungkinkah PKS Nyalip di Tikungan ?

Bogor di malam hari,

Dalam perjalanan Jakarta-Bogor, semangat menyongsong pemilu dari berbagai partai tidak jauh berbeda dengan kota lain.


Terlihat kanan kiri jalan, bahkan di menara salah satu operator seluler tak luput dari serangan bendera parpol, dan ditambah semakin semaraknya kanan kiri jalan dengan hiasan up to date sekarang. UMBUL-UMBUL dan Road Text…!! Semakin hari semakin panas. Yang satu ingin lebih besar dari yang lain. Ingatan melayang ke perempatan Ring road Ketandan Yogyakarta nun ditimur sana. Publick space yang ada sudah berubah menjadi tonggak bamboo dan bentangan baliho partai, caleg, bercampur dengan senyum manis artis iklan sepeda motor. Alhamdulillah sepertinya Parta Kita Semua tidak ada di sana. Atau memang belum ?



Dalam perjalanan Jakarta-Bogor itulah terlintas sedikit analisi nakal dalam benak saya. Sory, ini hanya analisis kacangan saja, karena saat itu kebetulan saya sedang pegang Koran yang saya beli di Adisucipto sambil menunggu delay yang katany akibat banjir di Semarang ( lhoh kok bisa ya, banjirnya di Semarang, tapi pesawat dari Jogjakarta juga iktan kena delay….? Itulah hebatnya orang kita. Pinter buanget buat alas an, he…he…). Alhamdulllah ada gunanya juga untuk mengisi waktu selama perjalanan Jakarta-Bogor.

Yang membuat saya tertarik adalah adanya salah satu artikel yang menyebutkan bahwa kemungkinan akan besarnya Golput di pemilu tahun ini. Lho, kaitannya dengan PKS apa ? Sekali lagi ini hanya analisa saja. Saya tidak tahu apakah sudah pernah ada yang mengutarakan seperti ini.

Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita lihat kedalam seperti apa PKS jika dilihat dari luar. Pertama, PKS adalah partai dakwah. Kedua, sebagai partai dakwah, kader PKS dalam kegiatan partainya bisa dikatakan selalu (atau mungkin wajib ya..?) bondho dewe. Bisa dikatakan bonek-lah. Kenapa ? Ini karena dalam kegiatan-kegiatan partai, dana dari partai sering hanya digunakan sebagai sarana utama berjalannya kegiatan. Sedangkan sarana pendukung (transportasi, tenaga, bensin panitia dll) lebih sering mutlak merupakan biaya drai kocek sendiri. Rumusnya adalah Ikhlas. Ketiga, karena dilandasi ikhlas dan hanya mengharapkan ridhlo dari yang diatas, kader partai ini memiliki jiwa-jiwa dengan loyalitas tinggi. Kalau tidak bisa dikatakan militan. Inilah, satu aset dasar yang nyaris tidak dimiliki oleh partai kompetitornya.

Lantas dimana benang merah antara analisis peningkatan golput dengan kemenangan PKS ? Jelas sekali. Itu kalau menurut saya.

Begini, dengan meningkatnya golput, yang sering disebut antara 40%-50% ( dari data pilkada di beberapa daerah), maka antusiasme masyarakat pemilih adalah di kisaran 60 %. Dari 60% tersebut, berapa bagiankah jatah untuk PD, Golkar, PDIP ? Apakah ada separonya dari 60% ? Oke, kita ambil separo dari 60% pemilih adalah memilih ketiga partai (yang katanya besar) diatas. Ini didasarkan fakta pernyataan PD akan menargetkan 20% suara dari pemilih aktif. Kita buat saja rata-rata ketiga partai itu sama. Jadi saya kira kalau perkiraan separo dari 60% penduduk yang menggunakan hak suaranya akan memilih ketiga partai itu, saya kira juga realistis. Sekarang yang jadi sasaran adalah separo dari 60% pemilih itu dibagi-bagi bersama untuk partai diluar ketiganya, termasuk PKS. Masalahnya adalah apa hubungannya dengan PKS ?

Erat sekali. Ketika PKS menargetkan 20% suara, itu adalah possible. Karena apa ? dengan loyalitas kader, tidak mungkin kader PKS akan golput. Mereka akan dengan sangat ikhlas terus mendukung PKS. Ini berkaitan dengan point ketiga diatas. Hal yang mungkin terjadi adalah kemungkinan dimana kader partai lain yang sudah dimasukkan hitungan, justru akan golput. Atau malah beberapa akan beralih ke PKS karena meningkatnya performance jargon bersih, peduli profesional akhir-akhir ini. Ditunjang langkah nyata yang telah teractual di masyarakat. Kalaupun ada riak-riak dan duri dalam implementasinya oleh beberapa oknum kader, ya wajarlah. Yang namanya manusia tidak pernah ada sempurnanya. Dan itu biasa dalam kehidupan. Bukan hanya terjadi di PKS. Tetapi disemua lini demokrasi negeri ini, semua pihak pernah mengalaminya. Nothing to lose-lah ceritanya.. Pada akhirnya, hitungan 20% adalah minimum. Saya yakin, dedengkotnya PKS di Jakarta sana sudah mengerahkan segala power-nya sehingga bisa didapat angka 20% adalah realistis dan pasti actual. So, ketika partai lain kerospos pengikut (baca kader), bahkan beberapa menjadi kutu loncat, PKS dengan langkah pasti akan tetap bertahan. Dengan semakin menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat dan meningkatnya GOLPUT, target partai diluar PKS masih bisa berubah actuslisasinya. Lebih menurun, itu pasti. Sementara kader PKS masih tetap berkibar. Akhirnya kemungkinan disinilah, ditikungan ini dengan smooth dan smart, mungkin saja PKS menyalip untuk menjadi leader. Siap-siap saja….. dan yang pasti, jangan gadaikan mimpi ini.



*) Salam, dibawah rembulan Depan Istana Bogor




Tidak ada komentar: