Senin, 23 November 2009

Haji Selagi Muda

(Copy Paste from : MTA-online)

Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam. Dahulu orang selalu beranggapan melaksanakan ibadah haji setelah semua urusan selesai, atau setelah usia matang. Tapi setelah dipelajari ulang ternyata ibadah haji adalah ibadah fisik yang lebih baik dilaksanakan ketika masih muda dan fisik masih kuat. Betapa tidak, karena selain dilaksanakan di negara lain dengan kondisi alam yang jelas lain dengan negara asal.


Ibadah haji juga dilaksanakan dengan thawaf, melempar jumroh, sa’i dll yang secara nalar jelas memerlukan kekuatan fisik. Demikian pula dari segi pendanaan, ketika masih muda orang bisa lebih giat mencari rezki, karena untuk bisa beribadah haji orang harus datang ke negara Arab ini berarti memakai uang. Tentu saja ini berbeda dengan ibadah puasa dan shalat yang bisa dilaksanakan tanpa memerlukan biaya.

Namun bagi orang beriman, mereka memiliki keyakinan bahwa harta yang mereka belanjakan untuk ibadah kepada Allah akan dibalas berlipat-lipat oleh Allah. Karena itu tak heran jika sekarang banyak muncul kegiatan arisan haji, dan ada pula yang sengaja berhutang untuk bisa melaksanakan ibadah haji.

Hal ini boleh saja asalkan ada yang bisa digunakan untuk menyahur hutang. Demikian juga dengan arisan haji justru sangat membantu untuk bisa melaksanakan ibadah haji. Allah berfirman dalam surat Al Hajj :27-28

dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,

supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.

Banyak orang yang mengatakan bahwa ibadah haji adalah ibadahnya orang-orang kaya. Padahal Allah mewajibkan ibadah haji untuk semua hambaNya yang mampu. Yang penting adalah niat dan usaha, sedang kemampuan kekuatan dan rizki adalah dari Allah.

Maka selama kita meminta pada tempat yang tepat maka insya Allah kita pun akan mendapatkannya. Dan apabila rezki dan kemampuan itu belum kita dapatkan maka kita wajib bersabar. Karena Allah maha mengetahui keadaan hamba-hambaNya. Mereka yang berusaha maksimal dan mengikhlaskan hartanya baik dalam keadaan lapang atau sempit Allah akan membalas dengan kebaikan yang banyak. Hal ini sebagaimana firmanNya dalam QS. At Taubah : 41

Berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Dalam kehidupan orang yang beriman harus selalu berprinsip bahwa hidup dan matinya adalah untuk mengabdi dan menghamba pada Allah SWT, sehingga ia akan membelanjakan hartanya untuk keperluan ibadah, termasuk ibadah haji.

Karena apapun yang kita belanjakan dan kita gunakan untuk sabilillah pada hakekatnya itulah yang akan menemani dan menolong kita sebagai amalan shaleh saat kita bertemu Allah. Dan apabila kita khawatir dengan keperluan kita di dunia ini, maka Allah lah yang akan mencukupkannya. Yang penting kita sudah maksimal dan bersungguh-sungguh serta jujur dalam bekerja mencari nafkah. Maka Allah adalah sebaik baik pembagi rezeki. Keyakinan yang kuat itulah yang harus kita pupuk, tumbuh dan suburkan dalam sanubari kita.

Dalam ibadah haji banyak terdapat aturan dan disiplin yang perlu dipelajari sebelum seseorang melaksanakan ibadah tersebut. Hal ini menunjukkan betapa Islam adalah agama yang penuh dengan disiplin dan keteraturan. Apalagi ibadah haji dilaksanakan di negara lain dan bersama orang-orang dari berbagai penjuru dunia.

Maka satu hal yang penting dan harus menjadi bekal bagi umat Islam yang hendak melaksanakan ibadah haji yaitu kesabaran. Kata sabar begitu mudah diucapkan, tapi sangat sulit untuk diamalkan. Makna sabar adalah menahan diri dalam menghadapi hal-hal yang tidak disukai ataupun yang sangat disukai, sehingga menyebabkan langkahnya keliru dan melenceng dari kebenaran.

Selain itu ibadah haji harus dilandasi dengan hati yang bersih semata-mata mengharap keridhaan Allah. Karena pada kenyataannya banyak orang yang mencampur adukkan ibadahnya dengan syirik, bid’ah dan kemusyrikan. Karena banyak dari para haji yang melaksanakan ibadahnya tidak sesuai dengan yang dituntunkan, ada yang mengurangi dan ada yang menambah.

Dan ada pula yang berharap mendapat peruntungan, kekayaan dan sebagainya pada selain Allah. Sungguh disayangkan dan teramat besar dosa orang-orang yang berbuat demikian. Perbuatan syirik adalah penyakit umat yang sangat mudah merajalela karena iman yang tipis. Allah memperingatkan manusia dalam firmanNya QS. Al Ahqaaf : 5

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?

Dan dalam ayat yang lain QS. Al Hajj : 71

dan mereka menyembah selain Allah, apa yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu, dan apa yang mereka sendiri tiada mempunyai pengetahuan terhadapnya. Dan bagi orang-orang yang zalim sekali-kali tidak ada seorang penolongpun.

Akhirnya marilah kita selalu meluruskan niat, membersihkan hati dan diri. Selalu melangkah dalam hidup ini hanya untuk mengabdi kepada Allah semata. Apabila kita telah mampu, maka berangkatlah memenuhi panggilanNya. Karena ketika kita datang kepada Allah, dia akan menyambut kita dengan penuh cinta. Bukan karena Allah butuh kepada kita, tetapi karena Dia Maha Pengasih dan Penyayang pada hamba-hambaNya. ( P )



Tidak ada komentar: