Kamis, 23 Oktober 2008

Bingung Mau Kasih Judul Apa

Sore pertengahan October 08 dering HP menyeruak lamunan. Jauh di seberang, suara lembut si nona Administration-Central Java memberi kabar bahawa esok hari saya harus segera terbang ke Jakarta. Ah,... 55 menit yang mencekam harus ku lewati lagi neh (maklum, kalau dasarnya sudah "katrok" ya tetep aja dech tetep katrok harus terbang lagi).

Kusingkirkan perasaan "katrok" itu, toh sampai sekarang juga "fine-fine" aja tuh. Lagi pula tak diragukan lagi tehnisi pesawat putra-putra Indonesia (2 hari kemudian penilaian saya ini harus dipertanyakan).

Mendung menggelayut, saat GA 2?? take off dengan mulus dari Yogyakarta. Terlihat di sebelah kiri, lingkaran jalan yang mengelilingi Yogyakarta. Allahu Akbar. Walaupun sudah kali kesekian pemandangan yang sama kusaksikan setiap harus merasa "katrok", tetapi kali kesekian pula hati ini mengakui kebesaran Illahi yang indah terhampar di bawah sana (Ah, andaikan perasaan hati seperti ini dapat kupertahankan sampai nanti entah kapan, tidak timbul tenggelam bagai kapal dilautan.........). Tetapi, parahnya perasaan itu hilang dengan sendirinya (Nah ini nih yang sering kusesalkan) setelah "copy darat" dengan sejawat saat berjumpa di tempat meeting/ training. Mana yang masih ada godaan ke disotiklah, karaokelah, dugem habis meetinglah dan seabrek alasan yang pada intinya adalah sebagai "penghalalan" acara refreshing habis meeting. Padahal tempat-tempat maksiat seperti itu banyak mendatangkan keburukan dari pada kebaikannya (takut keliru nulis dalam Arabic, he..he). Saya sendiri juga sering membatin, apa to yang dicari di tempat seperti itu ? Lha wong minumannya aja lebih enak jahe angetnya angkringan Pak Slamet di atas Tambalan Piyungan dengan Yogya View-nya di malam hari. Kalau kita ke Piyungan, sebelah timur pasar Piyungan Bantul ada jalan arah Wonosari. Dus, naik terus sampai atas Dusun Tambalan, sebelah kiri jalan depan gang masuk Dusun Mojosari bawah tikungan "Bokong Semar" ada angkringan yang sering kubuat rendevouz sama istri, buat mbangun tresno. Mengulang masa lalu. Dengan "Srimartani plus Jogja View-nya" dimalam hari, disitu pak Slamet menggelar angkringannya, memberi oase baru ditengah kesibukan mengaurngi kehidupan. Lha minuman di tempat-tempat maksiat itu enaknya nggak ada separuhnya dibanding jahe angetnya Pak Met itu. Sudah getar, panas di tenggorokan, mahal pula. Kok ya ada yang mau minum..? Kalau orang waras pikirannya, mending ya ke angkringan Pak Slamet itu. Alasan gelap? di tempat P. Slamet juga gelap. Alasan nggak bisa buat mesum ? KAlau mau dan nggak punya malu, di tempat P. Slamet juga bisa di pakai mesum...he...he....

Gubrak....kk...k... tiba-tiba badan terasa dilempar dari kursi. Membuyarkan analisis "Slamet Theory" ku. Nggak tahu, nih pesawat barusan nabrak apa, pikirku. Yang pasti bukan gunung, karena masih terdengar dengan jelas ibu-ibu disamping kananku teriak " Allahu Akbar.....," sambil tiada hentinya komat-kamit. Wah, deg-degan juga nih,.... kalau ada apa-apa. Teringat sholatku yang belum disiplin, ibadahku yang belum sempurna, anak-anak yang masih kecil, istri yang baru satu (he..he..), plus hutang-hutangku yang belum terbayar. Mana tadi sempet lirik "span mbak Pramugari" lagi. Salah sendiri pakai span he..he, kenapa nggak pakai jilbab aja sekalian. Sudah sopan, aman lagi. Lengkap dah, penyesalan saat itu. Belum lagi lampu pesawat dimatikan. Tapi anehnya, dari sekian penumpang yang terkesiap dan terdiam, bagai di komando semua kulihat komat kamit.

Nah lho, sempet terbersit di pikiran, apa setiap hari setiap saat mereka semua termasuk saya yang katrok ini, selalu mengingat Yang Kuasa (minimal komatkamit) atau mengingat hanya kalau ada masalah dan bencana yang mengintai saja? Dan saya yakin, komat-kamit para penumpang ini pastilah kebanyakan doa minta selamat. Sepertinya sudah refleks ya...
Ya Allah/ Tuhan/ Budha yang Agung/ Syiwa atau apapun nama untuk Kekuatan Yang Maha Tak Terkalahkan, intinya kita semua hanya ingin selamat saja kalau ada bencana. Padahal semua agama mengajarkan hidup sesudah mati. Kenapa hanya sedikit yang berdoa, "Ya Allah/ Tuhan/ Budha yang Agung/ Syiwa, ampunilah dosa-dosaku didunia jika musibah ini menimpaku". Permasalahannya adalah kalau sudah dikabulkan doanya agar selamat, dah.... lupa deh ama bencana yang mengintai. Lupa pada pembalasan di hari akhir, lupa pada Yaumul Mizan, dan lupa pada kewajiban yang harus dijalankan sebagai ummat di bumi ini. Balik lagi ama diskotek, dugem, karaoke, he...he.. span mbak Pramugari. Ampun dech..!

Pelajaran yang sempat kupegang ketika akhirnya landing dengan selamat adalah kematian memang tidak bisa direncanakan. Dan musibah serta rahmah hanyalah milik Allah semata. Absolut, semua itu adalah rencana Allah, yang kita tidak dapat mengetahuinya. Hanya usaha kita sebagi insan di bumi yang mendapat amanah dari Allah, untuk berusaha bagaimana kita semua siap dan ikhlas menghadapi kematian. Jangankan kita manusia biasa, malaikatpun kelak akan mati !.
Nah loe, dah siap lum?

Yogyakarta, October 2008
Salam

Tidak ada komentar: