Selasa, 09 Juni 2009

KETIKA MAUT DATANG DALAM CANDA

Mbah Jo sedang dirawat di rumah sakit. Kata dokternya asmanya sudah kronis,
sampai-sampai hidungnya dipasang selang.
Sudah beberapa hari ini mbah jo diam saja seperti orang koma, hanya matanya saja yang masih kelihatan "kethip-kethip".

Dikira sudah waktunya untuk "mangkat", anak-anaknya mengundang Pak Modin supaya mbah Jo di doakan agar lancar jalannya. Pak Modinpun datang bawa buku kecil. Dengan bangganya dia memberitahukan bahwa sepertinya mbah Jo memang butuh didoakan. Biasanya,orang yang sudah seperti ini kalau saya bacakan doa, kalau sembuh ya sembuh, kalau memang sudah waktunya, pastilah cepat datangnya. Begitu kira-kira komentar si Modin waktu itu.
Pas pak modin enak-enaknya baca doa, tiba-tiba mbah Jo megap-megap nggak bisa bernapas. Kayak orang kecekik. Wajahnya pucat, tangannya gemetar. pakai bahasa isyarat, mbah Jo menirukan gaya orang nulis. Anak-anaknya mengerti maksudnya, langsung diambilkanlah kertas dan pulpen.
Sambil megap-megap, mbah Jo menulis surat. Dan dengan sisa-sisa tenaganya, mbah Jo kasih surat itu ke P. Modin yang sedang asyik baca doa untuk dia. Oleh pak Modin, kertas tadi langsung dimasukin saku, rasanya kok nggak enak membaca surat wasiat pada kondisi seperti ini. Begitu pikir si Modin.
Setelah memasukkan surat tersebut ke saku, Pak modin dengan khusyuk dan semangat meneruskan doanya, agar mbah Jo diberi kemudahan dalam menghadapi sakaratul maut. Tidak lama setelah itu, benar... mbah Jo meninggal.
Mbah Jo mangkat. Begitu banyak orang merasa kehilangan, dikarenakan mbah Jo itu orangnya baik, senang menolong, tidak pernah sombong, dan amat dikenal masyarakat sebagai sosok yang baik budi dan rendah hati. Walaupun orangnya kelihatan sangar. Karena kesangarannya, pernah saat pulang pengajian, mbah Jo naik motor kesukaannya. Eh....., tahu-tahu disenggol dari samping kanan oleh mobil. Untung tidak jatuh. Bukannya minta maaf, justru sisopir berhenti setelah menyenggol dan keluar dari mobil mau ndhamprat si mbah Jo. Mbah Jo pun setelah tersenggol, memarkir motornya dan berjalan ke arah si sopir. Tahu mbah Jo turun, sisopir justru masuk lagi ke mobil dan menstarter mobilnya. Lari tunggang langgang. Dia kaget setelah mbah Jo turun baru kelihatan kesangarannya..... Eh, mbah Jo cuma membatin, " Lha wong tak samperin karena saya mau minta maaf, kok malah lari. Ya sudah... Wong tadi yang salah saya karena belok nggak pakai sign..". Itu salah satu cerita kesangaran dan kebaikan mbah Jo.
Tepat 7 hari selamatan meninggalnya mbah Jo, pak Modin diundang lagi. Benar-benar modin yang rajin. Untuk urusan selamatan-selamatan seperti ini, walau tidak ada tuntunannya dalam Islam, si Pak Modin ini pasti datang. Wong menjalin silaturahim kok. Begitu alasannya dia menegakkan tradisi Jawa ini. Walaupun selamatan itu pakai ingkung untuk sesajen yang mbaurekso desa, Pak Modin ini pasti mendoakan tumpeng-tumpeng yang dipakai kenduri sebelum dibagi-bagikan kepada para undangan (sekali lagi ini kan amal dari shohibul bait, katanya sebagai ungkapan terima kasih kepada para undangan yang telah bersedia mengirimkan barokah doa untuk almarhum. Padahal kalau dipikir-pikir, sebagian para undangan itu apa sudah kelebihan barokah atas doa yang dia panjatkan ? Wong barokah untuk dia sendiri aja masih banyak yang kurang, kok malah dibagi-bagikan. Hebat bener ni orang....). Setelah memimpin doá plus tahlil (nah inipun di Arab Saudi katanya juga nggak ada), Pak Mudhin baru teringat kalau dia masih memakai baju batik yang dipakai pas mendoakan ketika mbah Jo meninggal dulu di Rumah Sakit. Kebetulan juga belum dicuci oleh istrinya, sehingga surat mbah Jo masih tersimpan utuh di saku. Waduh selamet, untung aku teringat. Begitu pikirnya.
”Saudara-saudara semua,ada surat dari Almarhum mbah Jo yang belum saya sampaikan, kepada keluarga. Kalau melihat waktu hidupnya mbah Jo, isinya pasti nasehat nasehat baik untuk anak cucu dan kita semua. Maka dari itu, bagaimana kalau kita baca bersama-sama, sehingga nasihat yang baik ini bisa didengar oleh masyarakat luas. Mari, kita baca suratnya. Bagaimana ? Setuju, sedulur-sedulur?" kata pak Modhin waktu itu dengan bangganya.
"SETUJUUUUUUUU. LANJUTKAN...., Pak. LEBIH CEPAT LEBIH BAIK. Nasehat baik yang Pasti Pro Rakyat...", begitu tanggapan hadirin undangan.
Setelah itu, Pak Modhin merogoh kantong baju batiknya, dan dengan suara yang keras memakai speaker bekas tahlilan, dengan lantangnya dan dada berdebar karena bangga, pak modin membaca sekeras-kerasnya surat mbah Jo yang ternyata berbunyi :

HE.....MODIN, PERGILAH KAU DARI SITU...!! JANGAN BERDIRI DI ATAS SELANG OXYGENKU..!! AKU GAK BISA NAPAS, DIN...

Sontak acara kenduri yang dipimpin sang modin geger, karena jantung pak Modin berhenti berdetak.
Read More......
Perjalanan dari Jawa Timur ke Jawa Tengah via Wonogiri. Iseng kusentuh tuning radio. Tak sadar sebuah gelombang yang sepertinya sedang menampilkan tauziah. Saat itu pukul 19.00 lebih dikit.

Awalnya iseng aja kudengarkan sesosok ustadz yang sedang menyampaikan tauziah. Eh, lama lama asyik juge neh. Tentang ibadah yang sebenarnya tidak ada tuntunannya dalam Islam. Ada seorang yang bertanya tentang selamatan 7 hari, 40 hari sampai 100 hari orang yang meninggal. Dijawab bahwa selamatan tersebut sama sekali tidak ada tuntunannya. Si penanyapun nggak mau kalah. Dia bilang bahwa jika dalam masyarakatr ada anggota masyarakat yang tidak menghadiri kegiatan-kegiatan tersebut akan dikucilkan. Bagaimana sikapnya ?
Tersenyum aku mendengar kompleksitas pertanyaan itu. Yang membuat menarik adalah gamabaran jawaban dari sang ustadz bahwa memang sekarang banyak yang salah kaprah.
Orang Islam, sholat, ibadahnya lurus, hubungan dengan tetangga baik, suka menolong, haram untuk mabuk apalagi berjudi, bahkan yang namanya box office movie-pun dia nggak pernah tahu. Apalagi berita tentang Manohara dan kedekatan Luna Maya dengan Ariel Peterpan. Tetapi sosok ini sangat anti pada kegiatan yang terbungkus dengan nama ibadah seperti diatas, yang sebenarnya tidak ada dalam sunnah rasul bahkan Al-Qurán. Kompensasinya adalah dia dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Dicemooh tidak tahu hidup bermasyarakat. Wong Jowo sing ora ngenggoni Jawane (orang jawa yang tidak mau peduli dengan tradisi Jawa).
Tetapi di satu sisi ada tetangganya yang juga (ngakunya) Islam. Sholatnyapun sangat rajin pas hari raya Idul Fitri. Hari lain ? Nol besar. Sedikit mau kalau diajak main kartu, bahkan sampai hapal nama pemain dalam film-film produksi "BANGBROSS.Com". Koleksi 3gp-nya, jangan ditanya... Tetapi, untuk urusan ibadah yang terbungkus dalam tradisi jawa tadi, masya Alloh rajinnya minta ampun. Modin belum datang-pun dia sudah bertengger di tempat. Bahkan akan mengganti genting yang 5 biji-pun dia mengadakan sesajen dan selamatan dengan mengundang tetangga kanan kiri. Semua langkah kehidupannya benar benar diperhitungkan dengan ramalan Jawa. Benar-benar wong Jowo sing Nganggo Jawane. Sehingga masyarakat sekitar lebih menghormati dia yang banar-benar rajin menjalankan ibadah yang tanpa ada dasarnya (dengan dibungkus semangat silaturahim, bisa ketemu tetangga kanan kiri di acara-acara yang sebenarnya banyak ,mengandung kesyirikan)

Subhanallah, mendesir darah ini mendengarnya. Di sekitar memang banyak kejadian seperti yang digambarkan oleh sang ustadz itu tadi. Ketika sesama umat Islam justru menyakiti saudara seiman yang benar-benar menginginkan ibadah yang benar, dan justru memuliakan orang-orang yang dekat dengan kesyirikan.

Ya Alloh....... apakah selama ini yang aku lakukan Engkau Ridhloi ? Tercoret hati ini dengan peringatan-Mu. Begitu bangganya aku yang merasa mengagungkan Rasulullah yang ternyata sungguh telah dibungkus dengan kesyirikan ? Astaghfirullah.............
Read More......

RESEP MASAKAN SAYAP BAKAR BUMBU RUJAK

Bahan:

2 sendok makan minyak goreng
1 batang serai, memarkan
3 lembar daun jeruk
500 gram sayap ayam, bersihkan
1 liter santan dari 1 butir kelapa


Bumbu halus:

10 butir bawang merah
3 siung bawang putih
5 buah cabai merah
5 butir kemiri
1 sendok teh ketumbar
2 ruas jari lengkuas
2 ruas jari jahe
Garam dan gula secukupnya
Cara Membuat Resep Masakan Sayap Bakar Bumbu Rujak:


Panaskan minyak, tumis bumbu halus, serai dan daun jeruk hingga harum
Masukkan ayam, masak hingga berubah warna. Tuang santan, masak hingga mendidih dan santan berminyak. Angkat
Bakar ayam diatas bara api hingga kecoklatan dan matang sambil sesekali dioles dengan bumbu.
Sajikan hangat.
Hasil 10 porsi



Read More......

Senin, 08 Juni 2009

BAGAIMANA MEMAHAMI AYAT ALLAH DI ALAM

Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa orang yang
tidak beriman adalah mereka yang tidak mengenali
atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tandatanda
kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta
ciptaan-Nya.

Sebaliknya, ciri menonjol pada orang yang beriman
adalah kemampuan memahami tanda-tanda dan
bukti-bukti kekuasaan sang Pencipta tersebut. Ia
mengetahui bahwa semua ini diciptakan tidak dengan
sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan
kesempurnaan ciptaan Allah di segala penjuru
manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya
pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa
takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang
berakal, yaitu
“…orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:190-191)

Di banyak ayat dalam Al Qur’an, pernyataan seperti,
“Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”,
“terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal,”
memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan
secara mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan
Allah. Allah telah menciptakan beragam ciptaan yang
tak terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala
sesuatu yang kita saksikan dan rasakan di langit, di
bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah
perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah,
dan oleh karenanya menjadi bahan yang patut untuk
direnungkan. Satu ayat berikut memberikan contoh
akan nikmat Allah ini:
“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan
itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan
segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
(QS. An-Nahl, 16:11)

Marilah kita berpikir sejenak tentang satu saja dari
beberapa ciptaan Allah yang disebutkan dalam ayat
di atas, yakni kurma. Sebagaimana diketahui, pohon
kurma tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah.
Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran kurang
dari satu sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar
berukuran panjang 4-5 meter dengan berat ratusan kilogram.
Satu-satunya sumber bahan baku yang dapat
digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang
membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah
tempat biji tersebut berada.
Bagaimanakah sebutir biji mengetahui cara
membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat
berpikir untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat
di dalam tanah yang diperlukan untuk pembentukan
kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan
struktur yang diperlukan dalam membentuk pohon?
Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab
pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut
bukanlah sekedar kayu gelondongan. Ia adalah
makhluk hidup yang kompleks yang memiliki akar
untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini
memiliki pembuluh yang mengangkut zat-zat ini dan
yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi
sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan
hanya untuk sekedar menggambar sebatang pohon.
Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini
mampu membuat wujud yang sungguh sangat
kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang
ada di dalam tanah.
Pengkajian ini menyimpulkan bahwa sebutir biji
ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan lebih
jenius daripada kita. Atau untuk lebih tepatnya,
terdapat kecerdasan mengagumkan dalam apa yang
dilakukan oleh biji. Namun, apakah sumber
kecerdasan tersebut? Mungkinkah sebutir biji memiliki
kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa?
Tak diragukan lagi, pertanyaan ini memiliki satu
jawaban: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat yang
memiliki kemampuan membuat sebatang pohon.
Dengan kata lain biji tersebut telah diprogram sejak
awal keberadaannya. Semua biji-bijian di muka bumi
ini ada dalam pengetahuan Allah dan tumbuh
berkembang karena Ilmu-Nya yang tak terbatas. Dalam
sebuah ayat disebutkan:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang
ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia
sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan
dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan
tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz). (QS. Al-An’aam, 6:59).

Dialah Allah yang menciptakan biji-bijian dan
menumbuhkannya sebagai tumbuh-tumbuhan baru.
Dalam ayat lain Allah menyatakan:
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir
tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka
mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al-An’aam,
6:95)
Biji hanyalah satu dari banyak tanda-tanda
kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam
semesta. Ketika manusia mulai berpikir tidak hanya
menggunakan akal, akan tetapi juga dengan hati
mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka
sendiri pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”,
maka mereka akan sampai pada pemahaman bahwa
seluruh alam semesta ini adalah bukti keberadaan dan
kekuasaan Allah SWT.
Read More......